Minggu, 23 Maret 2014

Sang Pendidik tanpa Kekerasan


Ini adalah kisah sejarah yang pernah dituturkan oleh seorang guru besar dunia bernama Dr Arun Gandhi, cucu dari mendiang Mahatma Gandhi, tentang bagaimana dia dididik dan dibesarkan oleh ayahnnya. Beginilah kisahnya:
"Kala itu, usia saya kira kira masih 16 tahun dan tinggal bersama kedua orangtua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakek saya, Mahatma Gandhi. Kami tinggal di sebuah perkebunan tebu kira kira 18mil jauhnya dari Kota Durban, Afrika Selatan.
Rumah kami jauh di pelosok desa terpencil sehingga hampir tidak memiliki tetangga. Oleh karena itu, saya dan kedua saudara perempuan saya senang sekali bila ada kesempatan untuk bisa pergi ke pusat kota, untuk sekedar mengunjungi rekan atau terkadang menonton film di bioskop.
Pada suatu hari, kebetulan Ayah meminta saya menemani beliau ke kota untuk menghadiri suatu konferensi selama sehari penuh. Bukan main girangnya saya saat itu. Karena tahu kami hendak ke kota, Ibu menitipkan daftar panjang belanjaan yang dia butuhkan. Disamping itu, Ayah juga memberikan beberapa tugas kepada saya, termasuk memperbaiki mobil di bengkel.
Pagi itu setelah kami tiba di tempat konferensi, Ayah berkata, 'Arun, jemput Ayah di sini ya. Nanti jam lima sore... dan kita akan pulang bersama sama.'
Baik Ayah, saya akan berada di sini tepat jam lima sore'. Jawab saya dengan penuh keyakinan.
Setelah itu, saya segera meluncur untuk menyelesaikan tugas yang dititipkan Ayah dan Ibu kepada saya satu persatu. Sampai akhirnya hanya tinggal satu pekerjaan yang tersisa, yakni menunggu mobil selesai dari bengkel. Sambil menunggu mobil diperbaiki, saya pikir tidak ada salahnya untuk mengisi waktu senggang dengan pergi ke bioskop untuk menonton sebuah film. Saking asyiknya nonton, ternyata waktu sudah menunjukkan pulul 17.30, sementara saya janji menjemput Ayah pukul 17.00. Segera saja saya melompat dan buru buru menuju bengkel untuk mengambil mobil, dan segera menjemput Ayah yang sudah hampir satu jam menunggu.Saat saya tiba sudah hampir pukul 18.00.

Minggu, 02 Maret 2014

Sumayyah

Album :
Munsyid : Mawaddah


Sejarah mu dikenang sepanjang zaman
Kau berkorban jiwa untuk cinta Agungmu
Kekuatan iman menjadi tauladan
Tuhanlah segala-galanya
Kecintaanmu pada Allah menguatkan diri mulia
Sumayyah

Engkau sanggup mengorbankan nyawa
Untuk agama islam tercinta
Beruntunglah kami kerana memiliki serikandi sepertimu
Pada jasad lahir kau hamba manusia tapi hatimu hamba pada Tuhan
Kerana itulah jiwamu bebas merdeka
Walau jasadmu diseksa
Jiwamu bebas dari cinta dunia dan takut mati
Kaulah serikandi

Pengorbananmu bermakna
Untuk kebangkitan islam
Generasi penerusmu
Menjelajah seluruh dunia
Hingga kami beriman pada Tuhan
Hasil dakwah dari mereka
Pengorbananmu mendidik manusia
Hasil cinta Tuhan dan kasih sesama
Mengorbankan diri demi keimanan
Dan keselamatan seluruh manusia
Semoga kami dapat cintakan Tuhan lebih dari yang lainnya
Semoga kami dapat hidup mulia seperti mu
Wahai Sumayyah